Berpikir kekudusan bukanlah membayangkan orang-orang kudus di masa lalu seperti Fransiskus dari Asisi, atau raksasa iman masa kini seperti Ibu Teresa. Kekudusan bukanlah cagar pribadi milik kelompok elite para martir, mistikus, dan pemenang hadiah Nobel. Kekudusan adalah urusan sehari-hari setiap orang Kristen. Kekudusan menunjukkan diri dalam keputusan-keputusan yang kita ambil dan hal-hal yang kita lakukan, jam demi jam, hari demi hari.
Kekudusan adalah menaati Alah - mengasihi satu sama lain seperti Ia mengasihi kita.
Kekudusan adalah menaati Allah - bahkan ketika hal itu berlawanan dengan kepentingan kita.
Kekudusan adalah menaati Allah - berbagi kasih-Nya, bahkan ketika hal itu tidak nyaman.
Kekudusan adalah menaati Allah - menemukan jalan untuk menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
Kekudusan tidak diraih dengan spekulasi gaib, semangat antusias, atau kecermatan yang tidak pernah diperintahkan; kekudusan diraih dengan berpikir seperti Allah berpikir dan berkehendak seperti Allah berkehendak. Berpikir dan berkehendak adalah proses yang menuntut disiplin dan ketekunan. Diperlukan kasih karunia Allah dan usaha manusia. Memerangi dosa adalah seperti memukul balik serangan gerilya yang terus-menerus. Ini bukan masalah "menang" atau "kalah," lebih tepatnya adalah "taat" atau "tidak taat" dengan firman-Nya (Jerry Bridges; Pursuit of Holiness p.84).
Buku LOVING GOD oleh Charles Colson yang terus "menelanjangi" keberadaan diri saya di hadapan Allah. Saya secara pribadi, saya di tengah para pekerja Kristus, saya di antara anak-anak Tuhan dalam komunitas tubuh Kristus. Mengasihi Allah; terus belajar mengejar kekudusan-Nya.
Terima kasih, Tuhanku! Untuk lembar-demi lembar yang bisa kubaca dan memberkati aku. Untuk mata jasmani dan mata hati yang boleh Engkau "gelisahkan" terus.
Soli Deo Gloria
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteLe, ku mulai blog ini dengan topik yg syereeeem tapi asli puentiiiing. Kekudusan bagai menghantui kehidupan umat Tuhan yg sedang berjuang dalam masa penantian ini. Kalo ingat mbleset-mblesetnya hidup dalam cangkang kedagingan qt, gue jd ngeri. Bukannya takut sama kemarahan Sang Khalik. Toh Dia bukan polisi yg ga ada punya stok ampun buat pesakitan yg suka buat dosa spt qt. Sedihnya karena qt lebih sering gagal akibat ga mau bayar harga baut sebuah integritas yang sejatinya jadi trademark qt. Hmmmh... holiness is a progressive process, isn't it? Pengharapan yang menghibur adalah bahwa tangan kuat-Nya ga bakal biarin qt nggelundung atau nggelinding! Tq buat gebrakan yg kembali menggelisahkan gue. Semangat, Le!
ReplyDelete