Penjaga datang lagi ke pintu dan selesailah waktu makan pertama dari jatah makan Rutledge yang dua kali sehari. Gong berbunyi, menandakan waktu untuk berbaring selama dua jam. Secara berkala seorang penjaga yang berjalan di koridor akan membuka lubang intip di pintu sel untuk memastikan ia sudah menelungkup. Ia tidur-tidur ayam sampai gong berbunyi lagi, kali ini melarang dia berbaring. Sekarang ia harus berdiri atau duduk selama tujuh jam.
Rutledge mendengar siulan lembut dari sel seberang. Itu Harry Jenkins menyiulkan "MAry had a Little Lamb," tanda ia ingin berkomunikasi. Rutledge menumpukan kaki telanjangnya di atas lempeng semen pada kedua sisi selnya dan mendorong badannya naik ke jendela berpalang logam yang ada di atas palang pintu.
"Howard," bisik Jenkins.
"Di sini," bisik Rutledge.
"Aku ingat cerita lain," kata Jenkins cepat.
"Apa itu?"
"Rut dan Naomi. Naomi kehilangan segala yang dimilikinya - suaminya, putra-putranya, dan tanahnya."
"Aku ingat sebagian."
"Rut adalah menantu Naomi. Rut setia kepada Naomi dan tinggal dengannya. Mereka pergi ke negeri asing."
"Apa yang terjadi?" tanya Rutledge.
"Aku tidak ingat."
Seorang yahanan di sel tetangga terbatuk, menandakan bahwa seorang penjaga mendekat. Rutledge turun dari tempat bertenggernya.
Ia mondar-mandir di selnya, memikirkan cerita Jenkins. Ia berusaha mengingat nama orang yang menolong Rut dan Naomi. Tiga jam kemudian ia masih mengulangi cerita itu di dalam pikirannya. Ia telah mendengarnya di Sekolah Minggu sewaktu berusia sepuluh tahun. Ia merenungkan cerita itu sepanjang waktu makan yang kedua dan terakhir hari itu - sup ganggang laut dan lemak perut babi.
"Hannah Hanoi" meletup hidup di pengeras suara pada jam 20.30 malam. Selama setengah jam, dituturkannya cerita propaganda pengantar tidur. Setelah selesai, Rutledge memanjat lagi ke bukaan itu dan berbisik, "Jenkins."
Hening. Kemudian, "Apa?"
"Boas."
"Aku tahu. Aku baru ingat."
Secara berangsur-angsur komunikasi antar tahanan meningkat. Mereka mengarang sandi berdasarkan Sandi Morse dan memakainya untuk berkomunikasi. Mereka berkomunikasi dengan telinga menempel ke dinding dan tubuh terbungkus selimut - kalau mereka mendapat selimut - agar tingkat kegaduhannya tetap rendah. Abjad diterjemahkan jadi 5x5 dot matriks di mana setiap huruf diwakili oleh ketukan vertikal dan horizontal di dinding. Begitu tahanan mengetahui sandi tersebut, ia "masuk jalur." Lewat jarngan ini, mereka saling mengingat dan mengajarkan Kitab Suci serta mengetahui nama dan nomor setiap seri tahanan di blok sel. Mere$ka tahu siapa yang sudah dipindahkan dan siapa yang sedang disiksa; dengan cara ini mereka saling berbagi kesakitan.
Pada Minggu pagi, kalau penjaga memberi mereka peluang, para perwira senior di tiap-tiap blok sel memukul dinding lima kali, memberitahukan para tahanan di sel isolasi dan juga mereka yang punya rekan tahanan bahwa itu waktu ibadah. Tanda itu adalah "panggilan gereja."
Tiap-tiap orang menuturkan Doa Bapa Kami untuk dirinya sendiri atau Mazmur 23 atau Mazmur 100. Kemudian mereka melantunkan himne sunyi dan berdoa secara pribadi.
Seorang tahanan baru dimasukkan dalam sel isolasi di ujung gedung. Tiap-tiap pagi ia menggoncangkan seluruh bangunan dengan berlari di tempat supaya tetap bugar. Setelah orang baru itu diajari sandi ketukan, ia mulai berlari dengan cara yang aneh dan menyentak-nyentak. Tujuh orang di ujung lain blok sel itu memecahkan pesan sang pejoging: "Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Aku melayangkan mataku . . ."
---salah satu kesaksian di buku LOVING GOD---
Nuraniku "diusik" dengan kesaksian Rutledge - Jenkins c.s. di balik jeruji besi.
Tembok yang menaungiku siang dan malam jauh lebih bersih dari penjara mereka. Angin semerbit dari mesin AC yang menempel di ruanganku selalu menyejukkan. Tidak seperti udara apek yang jadi menu harian dipenjara, ditambah bercampurnya bau kotoran, bangkai, dan keringat yang bercampur. Dan di dalam kesumpekan yang begitu luar biasa, mereka sangat . . . dan sangat . . . ingin sekali melekatkan diri dengan firman Tuhan. Alkitab . . . ? Mungkin hanya dipunyai dengan lembar-lembar yang sudah kumel dan tidak utuh. Bisa membaca dengan baik . . .? Belum tentu . . .!!!
Namun, Rutledge - Jenkins c.s. menemukan harta yang sangat indah dan paling berharga dalam kungkungan bui yang kejam. Firman yang terus dibicarakan satu dengan yang lain. Juga komunitas kecil sorgawi dalam blok-blok sel yang ada.
Huff . . . betapa malunya aku! Mengaku sebagai pelayan Tuhan, pekerja Kristus, yang belajar di tempat yang jauh lebih megah dan terstruktur. Namun, seringkali terpenjara di dalam keengganan dan kemalasan untuk senantiasa lekat dengan firman Sang Khalik.
Ya Allah, biarlah aku terus belajar dan mempunyai hasrat yang dalam yang menghanguskan batinku untuk senantiasa melekat dan selalu berlari kepada firman-Mu. Juga bersemangat untuk menciptakan komunitas sorgawi di mana pun aku Engkau tempatkan.
Amin!
Nuraniku "diusik" dengan kesaksian Rutledge - Jenkins c.s. di balik jeruji besi.
Tembok yang menaungiku siang dan malam jauh lebih bersih dari penjara mereka. Angin semerbit dari mesin AC yang menempel di ruanganku selalu menyejukkan. Tidak seperti udara apek yang jadi menu harian dipenjara, ditambah bercampurnya bau kotoran, bangkai, dan keringat yang bercampur. Dan di dalam kesumpekan yang begitu luar biasa, mereka sangat . . . dan sangat . . . ingin sekali melekatkan diri dengan firman Tuhan. Alkitab . . . ? Mungkin hanya dipunyai dengan lembar-lembar yang sudah kumel dan tidak utuh. Bisa membaca dengan baik . . .? Belum tentu . . .!!!
Namun, Rutledge - Jenkins c.s. menemukan harta yang sangat indah dan paling berharga dalam kungkungan bui yang kejam. Firman yang terus dibicarakan satu dengan yang lain. Juga komunitas kecil sorgawi dalam blok-blok sel yang ada.
Huff . . . betapa malunya aku! Mengaku sebagai pelayan Tuhan, pekerja Kristus, yang belajar di tempat yang jauh lebih megah dan terstruktur. Namun, seringkali terpenjara di dalam keengganan dan kemalasan untuk senantiasa lekat dengan firman Sang Khalik.
Ya Allah, biarlah aku terus belajar dan mempunyai hasrat yang dalam yang menghanguskan batinku untuk senantiasa melekat dan selalu berlari kepada firman-Mu. Juga bersemangat untuk menciptakan komunitas sorgawi di mana pun aku Engkau tempatkan.
Amin!
No comments:
Post a Comment